Paroki
San Juan Lebao Tengah: Dulu dan Kini
(Sebuah
Catatan Sejarah Menuju Usia Intan)
Ansel
Atasoge
Sekretaris
Paroki San Juan
Minggu, 2 September 2012, lapangan bola kaki
lebao jadi saksi betapa Tuhan membuat MUJIZAT bagi umatNya di Paroki San Juan.
Umat tumpah ruah di jalan-jalan dan berbaris rapih menuju lapangan bola lebao.
Spirit pembebasan dan pembaharuan yang telah ditanamkan oleh tokoh San Juan
mulai merasuki umat San Juan. Menurut Pastor Paroki San Juan, Romo Hendrik
Leni, Pr, semoga ziarah dan kegiatan iman dalam rangka 60 tahun San Juan boleh
menjadi pondasi bagi iman umat di San Juan. Kegiatan iman sekiranya menjadi
bekal bagi jiwa umat San Juan. Kini umat San Juan tengah terlibat aktif dalam
kegiatan perlombaan dan pertandingan bola voly antar lingkungan, bola kaki ria
ibu-ibu muda dan tua selingkungan San Juan, tarik tambang, lomba masak nasi
goreng bagi bapak-bapak dan kegiatan ilmiah dan hiburan yang berkaitan dengan
kitab suci. Akan ada juga pementasan teater oleh OMk. Teater berjudul Negeri
Seribu Cahaya, karya Ansel Atasoge yang disutradarai Monika Diaz dari
Sanggar Teater Betadine, mencoba merefeksikan perjalanan Paroki sebagai sebuah
ziarah yang tak pernah lolos dari kegelapan. Negeri seribu cahaya mencoba
mengajak umat San Juan untuk "dekat-dekat" pada Dia yang adalah
Terang Sejati. Seluruh rangkaian kegiatan ini merupakan aktivitas umat San Juan
dalam memaknai genapnya usia paroki, 60 tahun. Acara berpuncak pada 9 Nopember
2012.
Sekedar Kilas Balik
Pada tanggal 4 Agustus 1861 Romo
J.P.N Sanders, Pr menulis kepada Uskup Vrancken di Batavia: “Saya senang menyampaikan kepada Monsinyur,
bahwa saya, dengan pertolongan seorang kepala kampung yang berumur sekitar 30
tahun dan yang belum dipermandikan, berhasil membangun satu Gereja Sint Joan
yang dulu. Pada hari Minggu tanggal 14 Juli yang lalu saya memberkati dengan
upacara yang meriah mungkin. Esoknya saya mempermandikan 216 orang; antaranya
80 orang dewasa yang berumur 30 sampai 50 tahun”.
Pada periode ini San Juan dikenal
dengan nama “Kampong Tengah” atau “Tengah” saja, sebutan untuk 7 kampung: Gege,
Lebao, Kampong Tengah, Riang Nyiur (Renio), Tabali (Tebale), Kota Rowido dan
Kota Sau, dilayani dari Postoh. Pastor yang datang melayani selalu
berganti-ganti. Selain Romo P.J.N Sanders ada juga nama-nama Romo Gaspar Fransen, Pr; Pater G. Metz, SJ; Pater
Zelis; Pater Ten Brink; Pater Leemker; Pater Van Mierlo. Mereka datang
mengunjungi, memberi pelajaran agama secukupnya kemudian kemudian
mempermandikan atau menerimakan komuni dan Sakramen Perkawinan. Sakramen Krisma
terjadi kalau ada kunjungan Uskup dari Batavia.
Situasi umat yang dihadapi oleh
Para Pastor saat itu adalah kemiskinan yang membuat umat lebih senang bekerja
daripada mengikuti pelajaran agama, sikap acuh karena umat masih bodoh, perang
antar kampung, antar suku, antar orang gunung dan orang pantai, adanya rumah
setan. Meskipun banyak tantangan dan kesulitan Pastor tetap tekun mengunjungi
dan melayani umatnya dengan setia.
Periode
selanjutnya disebut dengan nama periode cabang Paroki San Juan (1893-1950). Periode
ini ditandai dengan semakin bertambah jumlah umat dan semakin banyak pula umat
yang mengikuti pelajaran agama. Di setiap kampong sudah didirikan sebuah rumah
kecil untuk tempat pelajaran agama yang kemudian menjadi tori atau kapela.
Pater Van Mierlo sudah mulai agak menetap (mengunjungi Tengah secara tetap). Ia
mengajak umat untuk mendirikan suatu gereja baru untuk menggantikan gereja lama
yang sudah mulai reyot. Model pelayanan masih seperti periode lalu;
mengunjungi, memberi pelajaran, mempermandikan, komuni atau perkawinan. Gereja
yang dibangun sudah dilengkapi dengan tabernakel. Ada sederetan nama Pastor
yang melayani di Tengah antara lain : Pater Hoeberechts, Pater De Nateris,
Pater Baack, SVD. Tantangan yang dihadapi pun masih sama di periode yang lalu.
Bulan
Mei 1936; Pater Eben, SVD bersama tetua adat mulai menggerakkan umat untuk
membangun sebuah gereja yang baru menggantikan gereja yang rusak. Semua umat
baik yang sudah dipermandikan maupun yang masih kafir (yang belum
dipermandikan) bahu-membahu bekerja membangun gereja itu. Dalam bulan November
1938 gereja yang baru dibangun itu diresmikan pemakaiannya dalam suatu upacara
misa.
Menurut
catatan di Keuskupan Larantuka, Gereja Lebao Tengah resmi menjadi sebuah Paroki
pada tahun 1952. Pada bulan Oktober tahun yang sama ditahbiskan pula imam
pertama dari Paroki yaitu Pater Aloysius Louis Diaz, SVD. Sejak berdiri hingga
tahun 1978 Pastor Paroki dibantu oleh sebuah badan yang disebut Dewan Gereja.
Tugas badan gereja ini adalah membantu Pastor dalam mengurusi harta benda gereja
dan kaum papa miskin. Sedangkan dalam hal imam Pastor dibantu oleh guru-guru
agama.
Mulai
tahun 1978 Paroki San Juan mengenal suatu badan yang disebut Dewan Paroki
dengan tugas-tugas yang sama dijalankan oleh Dewan Gereja sebelumnya. Tahun
1983-1988 terbentuklah Dewan Pastoral Paroki San Juan yang pertama dengan
dilengkapi Seksi-seksi : Pewartaan, Liturgi, Pendidikan, Sosial Ekonomi, Usaha
Dana dan Perlengkapan. Perhatian Dewan tidak saja tertuju pada hal-hal internal
yang berhubung dengan persoalan-persoalan tata dunia. 27 Februari 1979 terjadi
bencana banjir di Larantuka. Korban banjir dipindahkan ke Weri yang menjadi
Wilayah Paroki San Juan. Dengan ini Paroki bertambah 1 stasi. Karena Jumlah
umat semakin meningkat dan untuk mendekatkan wilayah pelayanan maka Bapak Uskup
Mgr Fransiskus Kopong Kung, PR membuat pemekaran Stasi Weri Menjadi Paroki
Santa Maria Pembantu Abadi Weri yang
resmi berdiri secara kanonis pada tanggal 15 Oktober 2005
Pastor-pastor yang berkarya di Paroki San Juan sejak tahun
1952 :
1.
P.Jackobus
Schneiders, SVD (1952-1957).
Pembentukan
Serikat Santa Anna bagi para ibu dan peningkatan peran umat dalam perayaan
Ekaristi dengan lagu-lagu Gregorian.
2.
P.
Jeremias Dewa, SVD (1957-1958).
Pembangunan
gedung baru SDK lebao Tengah I menggantikan gedung semi permanen.
3.
P.
Hubertus Van Eyck, SVD (1958-1959)
Tanggal
15 Agustus 1958 Perayaan Ekaristi Agung oleh Mgr. Gabriel Manek, SVD; dalam
rangka pengresmian berdirinya Tarekat PRR. Pater Van Eyck ditugaskan sebagai
pembimbing rohani para calon suster.
4.
P.
Kor Schmith, SVD (1959-1966)
Pastor
yang bersemangat, tegas, rajin mengunjungi keluarga-keluarga dan mengenal
sungguh keadaan umat, Pembentukan kelompok-kelompok umat gabungan kontas,
Menggantikan atap gereja alang-alang dengan seng, Mendirikan SDK Lebao Tengah
II.
5.
P.
Caesar Raval, SVD (1966-1968)
Misionaris
asal Philipina yang sangat sederhana dan lemah lembut. Kebiasaan Prosesi Jumad
Agung yang secara turun-temurun diikuti oleh umat Paroki ini di Katedral
Larantuka, diadakan di Paroki San Juan. Pada tahun 1984 prosesi jumad agung di
Paroki San Juan ditiadakan dan umat kembali mengikuti di Larantuka.
6.
Rm.
Sebastianus Sina Kleden, Pr (1968-1970)
Imam muda
yang penuh semangat dan sangat memperhatikan pembinaan kaum muda. Rajin
mengunjungi keluarga-keluarga terutama yang bermasalah. Mengadakan bangku
tinggi di Gereja.
7.
P.
Jan Van Asten, SVD (1970-1976)
Pastor
yang banyak memperhatikan keluarga-keluarga miskin dan terlantar dan kurang
mampu dengan mendatangkan bantuan dari keluarganya sendiri di Belanda.
Pengadaan bangku tinggi dilanjutkan sampai penuhkan gereja. Pembangunan gedung
SDK Lebao Tengah II dan memindahkan lokasinya di Pantai ke Belakang Gereja.
8.
P.
Yan Perason, SVD (1976-1978)
Selain
sebagai Pastor Lebao juga merangkap stasi Lewotala dan Tugas Delsos. Dalam masa
beliau ada perayaan perak imamat Pater Louis Diaz. Kesempatan ini dimanfaatkan
oleh Pastor bersama Konggregasi dan Para Suster untuk membuat aksi panggilan.
Banyak anak yang mulai masuk seminari sesudah pesta ini.
9.
Rm.
Gerardus Muran Korohama, Pr (1978-1983)
Pembukaan
SDK Sarotari dan TKK Ade Irma. Pembangunan pastoran dengan konstruksi anti
gempa, menyusul terjadinya gempa bumi tahun 1978.
10. Rm. Frans Amanue, Pr (1983-1989)
Imam yang
berdisiplin tinggi dan tegas. Selalu tampil membela orang-orang kecil yang
menderita ketidakadilan. Membiasakan umat untuk memulai kegiatan tepat waktu
termasuk dalam perayaan liturgy.
11. Rm Yoseph Sani Teluma, Pr
(1989-1996)
Sebelum
menjadi Pastor Paroki beliau telah menjadi Pastor Pembantu sejak tahun 1985.
Membangun Pastoran Baru dua lantai dan membangun Gereja Paroki.
12. Rm. Gerardus Toron, Pr (1996-1997)
Banyak
gagasan beliau untuk memajukan Paroki ini khususnya pendampingan kaum muda.
Tapi banyak yang tidak terlaksana karena harus cepat angkat kaki dari Paroki
menuju tugas baru di Komisi Kepemudaan Keuskupan. Membangun taman doa Santa
Maria.
13. Rm. Petrus Dua Maing, Pr
(1997-2004)
Pastor
yang tenang dan sederhana. Membangun lanjut taman doa Santa Maria. Membangun
Aula paroki (sedang) dan membangun Pastoran di Stasi Weri (sedang).
Selain
para pastor yang disebutkan namanya, juga Diakon dan Frater TOP yang berkarya
di Paroki bersama Para Pastor yang menangani Pastoral Kategorial sesuai penugasan
dari pastor paroki. Dan ada juga Para Pastor lain dalam status asisten baik
tetap maupun tidak tetap.
14. Rm. Bernardus Bala Kerans, Pr
(2004-2008)
Mengusahakan
pengembangan iman umat dengan Ekaristi di Lingkungan-lingkugan melalui jadwal
yang tetap, serta peningkatan peran DPP dalam kegiatan Pastoaral.
15. Rm. Hendrikus Leni, PR (2008-…….)
Melanjutkan
karya Pastoral dengan Kunjungan tetap ke KBG dan Lingkungan, mensosialisasikan
Program Keuskupan dan Program paroki, meningkatkan pemahaman tentang liturgy
gereja, menghidupkan kembali kelompok organisasi gereja dan melanjutkan kegiatan pembangunan fisik
sesuai dengan kebutuhan.
San
Juan Kini dan Di Sini
Secara geografis wilayah Paroki San
Juan Lebao Tengah berada di pesisir pantai yang membentang dari Lingkungan Kota Sau II, Kelurahan Sarotari Timur sampai
Gege, Kelurahan Waihali. Sebelah Timur berbatasan dengan Paroki Weri sebelah barat berbatasan dengan Paroki Katedral. Secara
Pemerintahan Paroki San Juan berada dalam wilayah kecamatan Larantuka, yang
meliputi kelurahan Sarotari timur, Sarotari Tengah, Sarotari, Pukentobi
Wangibao dan Waihali. Wilayah Paroki ini
datar tanpa gunung tinggi dan bukit rendah. Tanahnya ada yang subur dan ada
yang kurang subur. Pada wilayah tanah yang kurang subur digunakan sebagai kebun
untuk tanaman umur pendek; padi, jagung, ubi, sayur dan berbagai jenis kacang,
namun akhir-akhir ini karena perkembangan jumlah umat/masyarakat maka sebagian
wilayah pertanian sudah menjadi wilayah penyebaran penduduk dengan sendirinya memperkecil
wilayah pertanian. Laut sepanjang pesisir wilayah Paroki walau sempit namun
menyimpan kekayaan yang selalu bisa dinikmati oleh umat baik untuk konsumsi
harian maupun untuk dijual.
Sesuai dengan laporan akhir tahun
per-30 Desember 2011 jumlah umat
seluruhnya 8138 jiwa dengan jumlah
kepala keluarga sebanyak 1649. Umat tersebar dalam Sembilan lingkungan dan terbagi dalam 63 Komunitas Basis Gerejani
yaitu: Lingkungan Gege: 10 KBG, Lingkungan Kampung Tengah : 10 KBG, Lingkungan
Lebao I : 4 KBG, Lingkungan Lebao II : 9 KBG, Lingkungan Riang Nyiur : 5 KBG,
Lingkungan Tabali : 6 KBG, Lingkungan Kota Rowido : 9 KBG, Lingkungan Kota Sau
I : 5 KBG dan Lingkungan Kota Sau II : 5 KBG.
Sebagian besar umat dengan mata
pencaharian Pegawai, Guru, Bertani, Nelayan,
Tukang, Supir, Tukang ojek dan
wiraswasta. Banyak ibu-ibu dan remaja bekerja sebagai penjual sayur,
baik dari hasil kebun sendiri mapun hasil kebun orang dan sebagian kecil lagi
menjadi Penjual ikan. Penjualan terjadi pada pagi hari di pasar inpres
larantuka dan sore hari di pasar “senja” Lebao.
Dari segi keuangan, Paroki San Juan
Lebao Tengah dapat dikatakan mampu membiayai seluruh kegiatan Dewan tanpa
menerima bantuan dari luar walau selalu ada usaha mencarinya. Dari keadaan
keuangan paroki ini dapat dikatakan bahwa kesadaran umat untuk memenuhi
kewajiban sangat tinggi. Walaupun masih ada umat yang harus diberi motivasi
terus menerus agar dapat memenuhi kewajiban mereka.
Tenaga pastor tahun 2010-2011
terdiri dari tiga orang imam. Rm. Hendrikus Leni,Pr sebagai pastor paroki dan
dibantu oleh Rm. Donatus Selidang Kolin,Pr merangkap ketua Komisi Liturgi
Keuskupan dan Rm. Sebastianus Uran Bala,Pr merangkap Kepala SMUK
Darius-Larantuka. Dalam melaksanakan tugas pastoral, para pastor dibantu oleh
para Katekis dan guru-guru Agama Katolik, komunitas suster-suster PRR, OP dan
Fransiskanes.
Pastor juga membangun kerja sama
yang akrab dengan Dewan Pastoral Paroki bersama anggota-anggota seksi dalam
dewan, ketua-ketua lingkungan dan ketua-ketua Komunitas Basis Gerejani.
Untuk memperlancar pelayanan umat
pada umumnya, Paroki mempekerjakan 3
orang pegawai kantor sekretariat, 2
orang Karyawati pastoran dan 2 orang pelayan tetap di gereja.
Tenaga awam dalam hal ini DPP dan
juga banyak awam yang lain bersama para biarawan dan biarawati sangat membantu
pastor dalam tugas pelayanan. Namun umat juga sering hanya pasra dan terima
kenyataan bila kebutuhan pelayanan sakramen tidak dilayani karena kegiatan para
pastor yang juga kadang-kadang padat.
Dalam
wilayah paroki San Juan terdapat 3 TKK, 4 PAUD, 4 SD, 2 SLTP dan 1 SLTA. Pada
tingkat SLTP dan SLTA banyak siswa dari luar paroki yang menetap di di paroki,
baik tinggal di rumah keluarga dan ada yang di asrama dan kos-kos.
Partisipasi umat dalam kehidupan
menggereja dapat dikatakan tinggi, walaupun masih banyak umat yang belum
terlalu melibatkan diri atau keterlibatan yang momental. Hal ini Nampak dalam
kegiatan-kegiatan doa atau kegiatan-kegiatan umum paroki lainnya di Lingkungan,
KBG ataupun di tingkat paroki.
Partisipasi umat yang tinggi belum diimbangi oleh keaktipan seksi-seksi
di DPP. Ada seksi yang sangat giat tetapi ada seksi yang belum melaksanakan
tugasnya secara baik karena kesibukan pada tugas utama. Semangat berdevosi umat
sangat tinggi hal ini nampak pada parayaan San Juan, Natal dan Pekan Suci.
Sekian sering umat lebih mementingkan devosi ketimbang Perayaan liturgi resmi
Gereja, hal ini suda mulai mengalami perubahan walaupun perlahan.
Pemahaman umat tentang sakramen
Gereja meningkat dari waktu ke waktu dengannya rasa membutuhkan pelayanan
sakramen sangat terasa. Hal ini Nampak pada mulai berkurangnya pasangan hidup
diluar Nikah bertahun-tahun, Parmandian Anak empat kali setahun dengan jumlah
yang besar, kebutuhan untuk memperoleh
sakramen minyak suci merata untuk semua umat yang sakit. Sakramen yang kurang
mendapat tanggapan dari umat adalah
sakramen Pengakuan Dosa hal ini dipengaruhi oleh sikap batin umat dan
perasaan-perasaan tertentu yang bersifat pribadi serta alas an-alasan yang
tidak jelas.
Demikianlah uraian singkat tentang keadaan Paroki Sanjuan
Lebao Tengah dalam ziarah panggilannya sejak tahun 1861 sampai sekarang. Kini
umat Paroki San Juan tengah mempersiapkan hati dan batin mereka untuk merayakan
60 tahun usia paroki mereka. Ziarah penghidupan warisan iman yang ilahi dan
duniawi tak akan pernah berakhir. Sejumlah gerak maju sudah ditapaki. Mereka tentu
sepakat jika bersatu hati di bawah bimbingan Tuhan untuk mengayun langkah membangun
masa depan Gereja Paroki San Juan setelah usia 60 tahun. Proficiat, buatmu
Paroki San Juan Lebao!
No comments:
Post a Comment